I Have Nothing To Wear
“Aku nggak ada baju lagi, jadi aku harus pakai apa?.”
Entah benar-benar nggak ada, atau
kadang kita saja yang kurang memperhatikan isi lemari kita saking banyaknya.
Sampai ketika kita bener-bener butuh, kita nggak tau baju mana yang bisa
dipakai dan di mana kita nyimpan baju-baju itu. Atau parahnya sih selama ini
kita aja yang selalu salah belanja sehingga nggak ada satupun baju yang cocok
untuk acara tersebut.
Salah Belanja
Kesalahan dalam memilih barang seringkali
kejadian di aku, karna most of the time aku kalau belanja kebutuhan sandang tuh
secara online jadi sering miss di ukuran dan cuttingannya gak cocok di aku. Diskon dan trendy pieces juga seringkali jadi
alasan untuk memasukan barang ke cart belanjaan. Sampai kadang aku mengabaikan
ukuranku sendiri dan merasa apa yang aku lihat di gambar adalah apa yang
nantinya aku lihat saat memakainya di depan cermin. Aku lupa kalau aku membeli
baju yang aku dapat hanyalah bajunya, bukan dengan bentuk tubuh modelnya.
Ditambah lagi dengan algoritma
social media yang secara nggak langsung membuat kita menjadi lebih konsumtif
agar bisa keep up with the trend. Seperti gimana gadis modis yang berulangkali
menunjukkan hasil belanjannya yang sekarung, liat outfit seleb yang trendy dan
sebagainya. gara-Gara hal itu juga trend cycle jadi lebih cepat, kadang kita baru
saja ‘keracunan’ membeli sepasang heels,
sudah ada lagi heels lain yang terus-terusan lewat di layer handphone kita.
Value dari Selembar Kain
Untuk seseorang yang kurang mampu
untuk membeli sustainable clothing, majority pakaian yang aku beli adalah
pakaian-pakaian dengan kualitas yang hanya sekedar oke di range harga tertentu.
Sehingga aku nggak terlalu ngerasa sayang kalau-kalau pakaian tersebut tidak
sesuai yang aku bayangkan. Dan menggunakan acara-acara tertentu sebagai alasan
untuk beli pakaian baru.
Yang mana selain nggak sehat
untuk dompet, cara berpikirku yang kaya gitu, secara gak langsung membuat aku
makin susah mengerti dan mmengkurasi pakaian apa yang sebenernya aku mau dan
cocok untuk kegiatan yang biasa aku lakuin setiap harinya.
Kalian kaya gitu juga gak sih?
Kalau Cuma kejadian sekali dua
kali sih okay, tapi kalau terus-terusan salah belanja kira-kira jadi kaya apa
penampakan lemari kita nantinya? Apalagi kalau masih menyimpan setiap lembar
pakaian tersebut? Apa nggak malah bikin kita kerepotan?
Menumpuk barang yang tidak bisa dipakai
Beberapa orang mungkin bangga
dengan jumlah pieces yang mereka simpan di lemari. Tapi tentu berbeda dengan
aku atau mungkin kalian, apalagi dengan adanya masalah tadi, aku jadi punya
banyak pieces yang tidak bisa aku gunakan dan jumlahnya malah melebihi pakaian
yang biasa aku gunakan.
Jeans yang tidak muat, pakaian
yang nggak sesuai sama style, pakaian yang cocok untuk kegiatan kita. Baju-baju
yang seperti itu kadang malah menutupi semua pakaian yang kita punya dan kita jadi
kesulitan sewaktu memilih pakaian yang cocok untuk acara-acara yang
mengharuskan sedikit dress-up, dan berakhir pakai pakaian yang itu-itu aja.
Beberapa bulan yang lalu, seorang
temen blogger menulis tentang sebuah acara variety show korea yang berjudul the
house detox, di acara tersebut mereka membersihkan rumah seseorang kemudian
menatanya kembali sehingga berfungsi dengan baik tanpa menambah perabot baru.
Di satu episode, mereka mendapatkan klien presenter acara cuaca yang mengoleksi
ratusan tas-tas selempang dengan harga murah semenjak awal karirnya, karna dia
ngerasa nggak mampu membeli tas branded.
Yang mana hal itu sangat
relatable dengan sebagian besar dari kita dengan status ekonomi menengah ke
bawah, yah setidaknya kalau aku nggak bisa beli barang mahal aku harus punya
beberapa agar bisa dipakai bergantian. Tapi hal ini membuat kita terus membeli
barang-barang dengan alasan sekedar lucu, mumpung diskon dan lain-lain, kita
nggak merasa memiliki dan menghargai keberadaannya di lemari kita.
Ketika bersih semua akan terlihat
Di acara itu juga salah satu host
bilang, semakin bersih dan rapi maka semakin terlihatlah semua barang yang kita
miliki. Yah mereka selalu memulai acara bersih-bersih dengan decluttering dan
benar-benar mengosongkan ruangan, sehingga lebih mudah untuk memilah dan menatanya
kembali.
Buat sebagian dari kita mungkin
membuang barang terasa saying banget, walaupun barang yang kita beli harganya
gak begitu mahal. Dan aku juga gak akan menyuruh kalian untuk membuang begitu
saja pakaian-pakaian yang kalian punya.
Tapi coba yuk kita beresin. Kita
luangkan waktu lebih buat mengeluarkan seluruh isi lemari terus kita sortir.
Mana pakaian yang selalu kita pakai, mana pakaian yang cocok untuk acara yang
sering kita hadiri. Setelah itu tata dengan rapi di lemari, kalian bisa pakai metode
Marie Kondo atau metode apapun, yang penting usahakan semua pakaian tersebut
terlihat.
Terus gimana dengan pakaian
sisanya? Coba perhatikan kembali bagaimana kondisinya, apa kita masih bisa
memakainya dan lain-lain. Kalau kondisinya sudah rusak sisihkan karna gak
mungkin bakal kamu pakai lagi, kalau masih bagus kamu pilah lagi apakah itu
sekiranya masih layak dijual atau didonasikan atau mungkin bakal kalian pakai
di suatu kesempatan, kelompokkan di dalam tempat terpisah terus simpan terpisah
dengan pakaian yang tadi sudah kamu sortir.
“Is It Work on Me?
Aku sendiri sebenernya sudah
nggak terlalu menyimpan banyak baju lagi, jadi gampang banget buat aku
milih-milih. Dan kalaupun belanja aku bakal perhatiin betul-betul ukurannya,
bakal aku bawa kemana pakaian itu, dan apakah pakaian itu bisa aku mix and
match sama apa yang udah aku punya. Biasanya aku nggak akan langsung checkout,
tapi aku simpan dulu di chart atau wishlist , terus aku tunggu beberapa minggu
atau bulan, kalau ternyata aku ngerasa aku udah nggak sreg dan nggak nemu bakal
aku pakai seperti apa biasanya bakal aku hapus.
*****
Kalau kalian ngerasa sama kaya
aku, kalian bisa nyoba cara aku itu. Atau kalian mungkin punya cara lain untuk
mengatasi itu? Yuk share pengalaman dan pendapat kalian di
kolom komentar.
image source : ikea
4 comments
Saya pernah melakukan metode Marie Kondo untuk 'menyingkirkan' barang-barang berlebih dari lemari saya...mostly baju sih. I was literally did what MK taught. Barang-barang yang sudah siap buang, saya elus-elus sambil saying thanks karena sudah menjadi bagian dari hidup saya selama ini.
ReplyDeleteTentu saja, itu saya lakukan sendirian. Bahaya kalau sampai dilihat sama istri/anak, wkwkwkwk.
Secara gak langsung, barang-barang emang agak mempengaruhi emosi hahahaha
DeleteAlhamdulillah, selama ini sy masih bisa mengendalikan nafsu belanja. Jadi emang belanja baju kalo yg lama udah lusuh atau gak muat
ReplyDeleteSaya juga melakukan hal yang sama, sebelum beli pikirkan lagi matang-matang. Suka sesaat atau memang membutuhkan, kalau membutuhkan lihat di lemari lagi, adakah yang serupa atau gimana. Sekarang pertimbangan buat beli-beli barang harus lebih selektif sih haha
ReplyDelete